Jumat, 03 April 2015

Pembuatan Bio Gas dari Kotoran Kambing Dusun Sedayu

Akhir-akhir ini masalah sampah menjadi sebuah berita yang sedang hangat dibicarakan. Begitu banyaknya sampah yang ada mulai dari sampah anorganik seperti plastik, logam, sterofoam dan sebagainya serta sampah organik seperti sampah buah dan sayuran, serta sampah dari limbah pabrik seringkali menimbulkan berbagai masalah seperti masalah kebersihan, kesehatan, kenyamanan, dan lain-lain. Masalah-masalah tersebut menimbulkan banyak spekulasi serta penelitian-penelitian untuk meminimalisir efek negatif dari sampah.
            Salah satunya dengan mengubah sampah kotoran kambing menjadi biogas yang dapat dijadikan sebagai alternatif pemakaian gas untuk kebutuhan sehari-hari. Didaerah saya tinggal, tepatnya di dusun Sedayu, desa Dempel, kecamatan Kalibawang, kabupaten Wonosobo, banyak sekali bahkan hampir semua orang memelihara kambing atau sapi karena mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Namun kotoran-kotoran kambing tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal, hanya sekedar untuk pupuk pertanian atau dibiarkan terurai dikandang. Jika kotoran tersebut dibiarkan terurai dikandang maka dapat menimbulkan bau yang menyengat serta menjadi sarang kuman dan bakteri yang dapat menimbulkan penyakit. Prinsip Pembuatan Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut biogas. Proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk proses fermentasi adalah 30-55°C, dimana pada suhu tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan bahan organik secara optimal. Ada tiga kelompok bakteri yang berperan dalam proses pembentukan biogas, yaitu: 1. Kelompok bakteri fermentatif: Steptococci, Bacteriodes, dan beberapa jenis Enterobactericeae 2. Kelompok bakteri asetogenik: Desulfovibrio 3. Kelompok bakteri metana: Mathanobacterium, Mathanobacillus,Methanosacaria, dan Methanococcus. Potensi Gas yang Dihasilkan Produksi kotoran kambing per ekor adalah 0,63 kg ( Web pustaka deptan). Didusun ini terdapat sekitar 100 KK, jika setiap KK memiliki 1 kandang yang berisi 2 ekor kambing maka kotoran yang dihasilkan adalah 126 kg/hari dan 3.780 kg/bulan berarti gas yang dihasilkan per bulanya adalah 60,48 m3 jika untuk 1 kg kotoran dihasilkan 0.016 m3 gas (Soetanto,2007). Dalam penggunaan sehari-hari untuk memasak air 1liter dibutuhkan 0,04 m3 biogas dalam waktu 10 menit. Untuk menanak ½ kg beras dibutuhkan rata-rata 0,15 m3,dalam waktu 30 menit. Penggunaan sehari-hari dalam rumah tangga dibutuhkan rata-rata 3-4 m3 biogas perhari. Berarti setiap KK mendapat 0,6 m3 biogas perbulan. Itu jika setiap kandang ada 2 ekor kambing kenyataanya ada lebih dari dua ekor kambing perkandang. Pembuatan Instalasi Bangunan utama dari instalasi biogas adalah Digester yang berfungsi untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak digunakan adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak yamg dihasilkan dan banyaknya biogas yang diinginkan. Lahan yang diperlukan sekitar 16 m2. Untuk membuat digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon. Lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat dengan kandang sehingga kotoran ternak dapat langsung disalurkan kedalam digester. Disamping digester harus dibangun juga penampung sludge (lumpur) dimana slugde tersebut nantinya dapat dipisahkan dan dijadikan pupuk organik padat dan pupuk organik cair. 



Reaktor Biogas Skala Rumah Tangga Alat : 
1. Volume reaktor (plastik) : 4.000 liter 
2. Volume penampung gas (plastik) : 2.500 liter 
3. Kompor Biogas 
4. Drum pengaduk bahan 
5. Pengaman gas 
 6. Selang saluran gas 
 Persiapan Pemasagan Reaktor : 
 1. Pembuatan lubang reaktor, panjang = 4 m, lebar = 1,1 m, dalam = 1,2 m.
 2. Pembuatan meja tabung plastik penampung gas : (diameter 1,2 m) panjang = 3 m, lebar =1,2 
3. Kotoran sapi (fases) awal sebanyak 100 karung kantong semen atau karung seukurannya (100 kantong semen = 2000 lt). Persiapan awal ini untuk mempercepat produksi gas yang siap untuk digunakan (dinyalakan). 
4. Drum untuk tempat pencampuran kotoran (fases) dengan air (1:1) ; 1 buah (200 liter) 
5. Karung untuk tempat sisa kotoran dari proses produksi biogas 
6. Kayu atau bambu untuk pagar, supaya reaktor aman dari gangguan ternak atau lainnya. 
7. Terpal dan bahan lainnya untuk atap reaktor supaya terhindar dari hujan atau material yang jatuh dari atas. 
Pembuatan Biogas 
1. Campurkan kotoran organik tersebut dengan air. Biasanya campuran antara kotoran dan air menggunakan perbandingan 1:1 atau bisa juga menggunakan perbandingan 1:1,5. Air berperan sangat penting di dalam proses biologis pembuatan biogas. Artinya jangan terlalu banyak (berlebihan) juga jangan terlalu sedikit (kekurangan). 
2. Temperatur selama proses berlangsung antara 27 - 28 derajat celcius. Dengan temperatur itu proses pembuatan biogas akan berjalan sesuai dengan waktunya. Tetapi berbeda kalau nilai temperatur terlalu rendah (dingin), maka waktu untuk menjadi biogas akan lebih lama. 
3. Campurkan jasad pemroses, atau jasad yang mempunyai kemampuan untuk menguraikan bahan-bahan yang akhirnya membentuk CH4 (gas metan) dan CO2. Dalam kotoran kandang, lumpur selokan ataupun sampah dan jerami, serta bahan-bahan buangan lainnya, banyak jasad renik, baik bakteri ataupun jamur pengurai bahan-bahan tersebut didapatkan. Tapi yang menjadi masalah adalah hasil uraiannya belum tentu menjadi CH4 yang diharapkan serta mempunyai kemampuan sebagai bahan bakar. 
4. Untuk mendapatkan biogas yang diinginkan, bak penampung (bejana) kotoran organik harus bersifat anaerobik. Dengan kata lain, tangki itu tak boleh ada oksigen dan udara yang masuk sehingga sampah-sampah organik yang dimasukkan ke dalam bioreaktor bisa dikonversi mikroba. Keberadaan udara menyebabkan gas CH4 tidak akan terbentuk. Untuk itu maka bejana pembuat biogas harus dalam keadaan tertutup rapat. 
5. Setelah proses ini selesai, maka selama dalam kurun waktu 1 minggu didiamkan, maka gas metan sudah terbentuk dan siap dialirkan untuk keperluan memasak. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memanfaatkan biogas. Seperti misalnya sifat biogas yang tidak berwarna, tidak berbau dan sangat cepat menyala. Karenanya kalau lampu atau kompor mempunyai kebocoran, akan sulit diketahui secepatnya. Berbeda dengan sifat gas lainnya, sepeti elpiji, maka karena berbau akan cepat dapat diketahui kalau terjadi kebocoran pada alat yang digunakan. Sifat cepat menyala biogas, juga merupakan masalah tersendiri. Artinya dari segi keselamatan pengguna. Sehingga tempat pembuatan atau penampungan biogas harus selalu berada jauh dari sumber api yang kemungkinan dapat menyebabkan ledakan kalau tekanannya besar.

1 komentar :